Kata pertama dari ayat-ayat Al-quran yg diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad adalah sebuah kalimat perintah (Fi’il Amr). Bukan kata benda atau kata kerja biasa, tapi sebuah kata perintah, yang artinya menunjukkan kewajiban bagi kita untuk melakukan perintah itu dalam bingkai syariah….
Perintahnya juga “bacalah” (iqra’). Sama sekali bukan “perangilah”, “balaslah”, “hancurkanlah”, atau “hina dan cacilah”….tapi “bacalah”…perintah pertama dari Allah adalah membaca. Bukan membaca sebuah tulisan saja, karena mustahil Allah tidak tahu bahwa Rasulullah tidak bisa membaca. Tapi perhatikan, renungi, hayati, fikirkan, lalu tariklah kesmpulan dari setiap peristiwa yg kita temui. Itulah membaca, mencari ilmu, menambah pengetahuan.
Bahkan seorang pemuda yg ingin memeluk Islam sekalipun oleh nabi diminta mempelajari dan membaca Islam itu apa sebelum memutuskan memeluk Islam. Bukan langsung menerimanya memeluk Islam. Sebuah bukti dan tanda bahwa Agama ini dibangun untuk sebuah peradaban baru. Bahwa Agama ini dibangun sebagai pencerah bagi semesta alam. Jadi dari sini saja kita bisa tarik sebuah kesimpulan, betapa berharganya seorang ilmuwan ini dimata Islam. Tidak perlu harus “memperkosa” Ayat Al-quran dengan cara membandingkan Ayatnya dengen jam terjadinya sebuah peristiwa jika ingin membenarakn Al-quran. Tapi, cukup dengan merenungi Firman Allah yg pertama ini saja, cukup bagi kita sebagai jawabannya….
Firman Allah selanjutnya adalah “….dengan nama Tuhanmu yg menciptakan”. Membaca saja tidaklah cukup, karena ilmu itu tidak bebas nilai. Ilmu mencuri itu harus dipelajari, agar kita tidak kecurian juga. Tapi bagi yg niatnya mencuri, tentu akan dimanfaatkan untuk mencuri juga. Ilmu yg tidak di dasarkan kepada nama Allah yang menciptakan justru akan membawa kita kepada kehausan tak bertepi dan tanpa akhir…
“Barang siapa yang bertambah ilmunya, tapi tidak bertambah hidayahnya. Maka tidaklah bertambah kepadanya kecuali jauhnya dia dari Allah”
“Tuhan yang menciptakan”, kenapa redaksinya “menciptakan”, karena memang Allah-lah sumber segala ilmu karena Dia yg menciptakan. Jadi sepandai apapun seorang ilmuwan, tapi dia tidak akan bisa menciptakan bahkan seekor lalatpun. Menciptkan artinya membuat ada dari sesuatu yg tidak ada. Sedangkan kita manusia, secanggih apapun alat kita buat, tetap harus menggunakan sesuatu yg sudah ada. Sangat mustahil mencipatakan sesuat sesuatu dari yg belum ada.
Jadi liberalisme pengetahuan itu jelas salah. Karena seharusnya adalah theosaintis. Sains. yg berketuhanan. Karena Tuhan yg menciptakan..termasuk ilmu pengetahuan yg sudah memcerahkan kita selama ini….Ilmu yg berketuhanan..