Oleh: Riki Ardiansyah Lc*
Gontor dan seluruh warga Indonesia berduka atas wafatnya santri kami AM dari Palembang. AM wafat dalam kondisi syahiid (menyaksikan tempatnya di Surga. Maka tugas orang yang masih hidup selain mendoakan, tapi juga menyebutkan kebaikan-kebaikan mayyit. Sesuai Hadist Nabi:
اذكروا محاسن موتاكم
“Sebutkan kebaikan orang yang wafat diantara kalian”
Setiap orangtua yang berada di posisi ibu AM tentu akan merasakan hal yang sama, tapi tak semua orangtua Allah berikan perunjuk untuk memasukkan anaknya ke pesantren. Anak yang wafat menutut ilmu, maka wafat fii sabilillah, syahiid.
Hemat saya, almarhum sudah syahiid karena menuntut ilmu. Maka tidak perlu mencari tau sebab apa almarhum dipukul. Karena kita khawatir rahmat Allah dicabut dari kubur, padahal yang mesti disebut adalah kebaikan, bukan kesalahan, maka pondok menyampaikan bahwa ananda sakit. Dan sudah dishalat ghaibkan ribuan santri Gontor. Bayangkan ibunda Josua anak sudah wafat, yang masih dicari-cari adalah kesalahan korban.
Akan tetapi mengenai ketidakterbukaan Gontor sudah meminta maaf dan siap mengikuti proses hukum telah berjalan sesuai tuntutan keadilan dari pihak keluarga. Semoga kejadian ini jadi evaluasi dan kaca perbandingan bagi Gontor. Agar tidak terulang lagi di kemudian hari. Dan lebih transparan dalam segala hal.
Saya mencoba menulis untuk mengimbangi serang media yang tidak mengerti dunia kepesantrenan, dan untuk tetap meyakinkan masyarakat bahwa khittah dan nilai pendidikan di pesantren akan tetap kokoh mendidik kader ulama dan pemimipin. Saat ini Gontor diserang habis-habisan atas dasar kasus kelalaian ini. Sepertinya kurang adil, ketika ada satu kesalahan seolah menghapus seribu kebaikan. Posisikan manusia pada porsinya, ustadz malaikat yang tak pernah berbuat salah, bukan pula syaithan yang selalu berbuat salah. Mereka adalah manusia yang yukhti’ wa yushiib (bisa salah bisa bener). Karena manusia adalah tempatnya salah.
Gontor kenyang dengan kritikan, cacian, 70 tahun Ijazah Gontor tak diakui pemerintah. Tapi tak menyurutkan Gontor mendidik anak-anaknya. Justru negara lain yang lebih dulu mengakui lembaga pendidikan ini, Darussalam. Gontor pernah mengalami masa kelam yang banyak orang tidak tau, serangan PKI yang ingin membunuh para kiyainya. Santri yang tidak patuh kepada kiyai, memprotes hanya masalah lauk pauk (1967) yang berujung diusirnya seluruh santri kecuali yang tidak terlibat. Banyak diantara santri yang melawan kiyai itu wafat mengenaskan.
Masih ada yang bertanya di kolom komentar sosmed, siapa memangnya almuni Gontor yang berpengaruh di tanah air? Gontor melahirkan tokoh-tokoh dari masa ke masa. Coba lihat gambar uang kertas 5rb rupiah, Dr. KH. Idham Khalid, baca bagaimana almarhum mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia,
Berbagai macam profesi yang diperankan alumni Gontor dari guru bangsa, cendikiawan, rektor, politisi, novelis, budayawan, sampai guru di pedesaan, diantara nama tersohor KH. Hasyim Muzadi, Dr. Muhammad Maftuh Basyuni, Prof. Din Syamsuddin, Prof. Nurkholis Majid, KH. Saifuddin Zuhri (menteri agama kesembilan, ayah dari menteri agama Lukman Hakim Saifuddin), Dr. Bachtiar Nashir, Dr. Abdurrahman Fachir, Dr. Hidayat Nur Wahid, Emha Ainu Najib (cak Nun). Ahmad Fuadi. Dan banyak tokoh lainnya.
Begitu pula anak dan cucu Gontor, Gontor sudah melahirkan sekitar 1400 pondok pesantren yang didirikan oleh alumni. Dari pesantren alumni, lahir pesantren lagi. Sebagian besar mengikuti sistem yang sama.
Gontor fokus mendidik karakter santri yang unggul, tidak saja piawai dalam berbahasa Arab dan Inggris, tapi juga matang dalam kepimpinan, survive dalam menjalani kehidupan, dan menjunjung tinggi ukhuwwah Islamiyyah.
Sampai saat ini, Gontor tidak pernah pasang iklan untuk santri datang mendaftar. Semua yang datang atas dasar keinginan santri dan orangtua. Tapi harus mau ikut aturan main, dan siap menerima segala kebijakan dari Gontor.
Mauqif Gontor jelas, bahwa pemukulan adalah kabaair di Gontor (dosa besar). Ada peraturan tertulis. Dan ada hitam diatas putih bagi seluru santri. Saya masih ingat tahun 2012 almarhum kyai Abdullah Syukri Zarkasyi menegaskan di Masjid, meneriakkan ke santri “yang berank memukul kita usir”. Banyak yang bertanya kenapa hanya diusir ? Ya itulah aturan di Gontor, kekerasan dalam bentuk apapun. Dan akibat pada korban pemukulan kecil atau besar, tetap diusir. Urusan keluarga mau menuntut silahkan tuntut oknum yang melakukan pemukulan.
Kenapa masih ada yang melakukan pemukulan? Sedangkan disiplin sudah ada?
Gontor hanya mendidik, bukan menjamin. Santri yang datang dari Sabang sampai Merauke, bahkan negara tetangga. Dengan background dan watak yang bermacam-macam. Santri Gontor saat mencapai 34rb dari pusat sampai cabangnya. Maka di lembaga pendidikan manapun yang berbasis pesantren pasti ada oknum yang melenceng dari nilai-nilai kepesantrenanannya.
Dengan segala ikhtiarnya Gontor mengupayakan tidak terjadi kekerasan. Karena adanya tuntutan HAM ini, dan mulai merosotnya mental generasi sekarang. Maka Gontor menyesuaikan keadaan. Ini yang membuat guru takut menjewer anak. Akan dituntut. Padahal dulu orangtua mengantar anak ke pesantren, sekaligus menitipkan kain kafan kepada kyai untuk anaknya, tapi itu dulu.
Maka kami sering ingatkan kepada bagian keamanan di Gontor, kalau anak tidak mau dan siap dididik kembalikan baik-baik ke orangtua. Jangan dipukul, karena berimbas fatal kepada penegak disiplin.
Apalagi guru di Gontor tidak diperkenankan memakan uang spp santri, spp yang mereka bayar murni untuk mereka. Dan dari mana sumber uang makan dan sabun dewan guru ? Dari unit usaha yang dikelola oleh pondok. (Toko buku, olahraga, menimarket, spbu, pabrik air minum, pabrik teh dna roti, perkebunan sawit, dan sektor kemandirian lainnya). Sehingga santri yang tak bisa diatur, tak bisa berkata kepada gurunya “kau kan sudah ku bayar”.
Ini celah yang pas bagi orang-orang yang membenci Islam, dan anti pesantren. Apalagi melalui perantara pengacara yang pengikutnya dari kalangan non Muslim. Yang sering menampilkan adegan yang tak senonoh. Bagaimana caranya orangtua ragu memasukkan anaknya ke pesantren.
Semua kini serba terbalik, yang dikhawatirkan memang terjadi.
Para dukun dikasih panggung, dipertontonkan. Padahal Syirkul Akbar, syirik terbesar. Yang Qotlu ‘amd (membunuh dengan sengaja) kasusnya diputar-putar tak ada habisnya, diupayakan hukuman diringankan, padahal membunuh dengan perencanaan. Di Gontor adalah musibah, ketidaksengajaan (almarhum yang dipukul punya riwayat penyakit asma).
Oknum pesantren yang melenceng tidak bisa kita jadikan acuan bahwa semua pesantren rusak. Karena itu tidak adil.
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ
“Jangan kebencianmu pada suatu kaum, membuatmu tidak berlaku adil, berlaku adillah karena itu lebih dekat pada ketaqwaan”.
Padahal kita tak pernah bertanya, koruptor, pezina, pembunuh, bandar judi dan narkoba, dan para mafia. Dimana mereka sekolah? Apa itu hasil didikan yang benar? Dan yang dilahirkan oleh pesantren adalah para ulama dan tokoh pemimpin.
Di pesantren mereka jauh dari segala macam bentuk kemaksiatan, maka tidak berlebihan kita mengatakan anak yang dipondokkan adalah investasi terbesar bagi orangtua. Orangtua tidak perlu khawatir, khususnya wali santri Gontor, bahwa semua anak di Gontor aman. Mereka sedang fokus menghafal untuk ujian. Tawakkal dan ikhlas. Kami bertanggung jawab penuh terhadap mereka. Karena akan dituntut oleh Allah jika tak menjalankan amanah ini.
Tentunya sikap kami sebagai alumni Gontor jelas, bahwa oknum pelaku harus ditindak tegas. Bukan saja telah menghilangkan nyawa, tapi juga merusak nama baik Gontor dan pesantren lainnya. Seolah Gontor dengan satu kelalaian ini tak punya kebaikan sama sekali.
Semoga keluarga almarhum diberikan ketabahan, para kiyai diberikan kekuatan, dan para walisantri diberikan keistiqomahan. Percaya dan yakin mereka akan jadi mundziru Al Qoum (para da’i penyerum umat untuk menjadi sebaik-baik umat).
Walau semua pihak menyerang, namun kami tetap cinta pada ibu yang telah mendidik kami dengan penuh kasih sayang, pondokku Darussalam.
*Riki Ardiansyah Lc (Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor 2015)
Rabu 7 Sept 2022. Gontor 12, Siak, Riau.