![]() |
Pic. www.syaarar.com |
Suatu hari, serang anak Coas mendapat tugas di Rumah Sakit Jiwa. Pagi pertama dia tiba, disambut baik oleh kepala RSJ, setelah berbincang sebentar, Dokter kepala itu mengajak anak Coas ini berkeliling, untuk mengenal RSJ. Sampailah mereka di sebuah ruangan,
“Inilah ruangan paling istimewa di rumah sakit ini, dan paling penting”. Kata dokter.
Anak coas itu heran, karena ruangan itu berbentuk segi empat, tidak ada apa-apa di dalamnya, hanya ada sebuah kran di pojokan ruangan, “ apa istimewanya ini ruangan, dok?”
Dokter kepala itu tersenyum, “Kamu lihat kran itu? Nah, di kamar inilah kita memeriksa apakah seorang yang sakit jiwa itu sudah sembuh atau belum”.
“Bagaimana caranya, Dok?”
“Nah, kita masukkan orang sakit jiwa itu dalam ruangan ini, kemudian kita buka kran, kita suruh dia mengeringkan ruangan ini dengan sepotong kain. Kalau dia sudah sembuh, pasti hal pertama yang dia lakukan adalah menutup kran, tapi kalau belum sembuh, mungkin dia akan mengepel kamar ini sampai besok pagi”.
Anak Coas tadi senyum, ide yang bagus dan tidak memakan banyak biaya untuk menguji kesembuhan pasien.
Hal kecil seperti ini, bisa kita analogikan dalam kondisi kita sehari-hari, kita sering bertingkah laku seperti orang sakit jiwa saat menghadapi masalah dalam hidup, saat kita berusaha memperbaiki diri, membersihkan hati kita dari syahwat dan nafsu….
Ada orang mengeluh kenapa pemikirannya selalu negatif, tapi dia tidak sadar kalau setiap hari dia membiarkan matanya jelalatan kemana-mana, setiap hari hanya sibuk dengan aib orang lain…
Kita lupa menutup indra kita yang di luar, makanya kita susah membersihkan hati yang di dalam, nafsu mengalahkan kita, bukan karena dia lebih kuat, tapi karena kita meremehkannya, dia tidak akan berani melawan kita, kalau kita tidak membuka pintu ijin padanya. [Saief Alemdar]