Perjalanan hidupnya benar-benar unpredicted, awalnya cuma seorang mahasiswa jurusan perhotelan di sebuah Universitas di Turki. Sekitar tahun 1994 melanjutkan studi di AS di jurusan yang sama dan sempat bekerja di sana beberapa tahun.
Tahun 2001 mudik ke Turki, beli tiket PP. Rencana balik ke AS tanggal 11 September 2001. Setelah sampai di ruang tunggu, tiba-tiba penerbangan dibatalkan karena kejadian “eleven nine”. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak kembali lagi ke AS, apalagi dia seorang muslim, yang saat itu sedang dicurigai macam-macam.
2003, Osman Sinav seorang sutradara Turki menawarkannya untuk main film serial “Kurtlar Vadisi Terror”, sebuah serial tentang kehidupan mafia dan kehidupan “di bawah tanah” yang penuh dengan teori konspirasi. Dia menyanggupi dan menjadi pemeran utama.
Disinilah perjalanan hidupnya berubah total, dari cita-cita menjadi seorang manajer hotel berubah menjadi aktor, dan saat ini dia adalah aktor termahal di Turki, menjadi idola anak muda di Timur Tengah, khususnya Iraq, Suriah, Maroko, Aljazair, dan Tunis.
Film tersebut sempat beberapa kali harus ganti judul karena mendapat “nota” teguran keras dari Kedutaan Israel dan Atase Pertahanan Israel di Ankara, karena beberapa adegannya yang menyudutkan Israel, bahkan dalam sebuah adegan dia membunuh Dubes Israel, Athan AS dan Kepala Intelejen Turki yang melakukan “rapat tertutup” di Kedutaan Israel.
Dia sangat menjiwai tokoh yang diperankannya, kata orang-orang yang mengenalnya sehari-hari di kehidupan nyata bahwa sifat aslinya sama seperti sifat tokoh yang diperankan itu, cool, cerdas, teliti, selalu melakukan sesuatu setelah dipikirkan berbagai efek yang timbul dibalik keputusan itu, dan pastinya dia sangat mencintai tanah airnya.
Dia memerankan tokoh seorang anak Baron mafia di Istanbul, yang diculik oleh Intelejen dan dititipkan pada sepasang suami istri yang tidak memiliki anak. Ketika besar di menjadi diplomat dan dilatih secara khusus sebagai agen. Dan kemudian dimasukkan ke dalam “dunia bawah tanah” untuk menghancurkan organisasi itu dari dalam.
Perannya yang sangat nasionalis dan penuh cinta tanah air serta agama, berhasil membuatnya dicintai para penonton dari berbagai negara Timur Tengah dan sekitarnya. Sampai-sampai Presiden Turki mengundangnya secara pribadi untuk hadir ke Istana. Bahkan, orang-orang lupa kalau nama dia bukan Polat Alemdar, tapi Necati Śasmas.
Dalam poto ini, dia bersama petinggi intelejen Turki.
Beberapa Polisi penjaga masjidil haram dan jamaah umroh histeris memanggil “Polat Alemdar…Polat Alemdar…”, dan mereka meminta poto bersama saat dia melaksanakan ibadah umroh pada Ramadan yang lalu.
Ketika keributan terjadi di Turki beberapa malam yang lalu, dia ikut turun ke jalanan Istanbul mendukung pemerintahan Presiden Erdogan. Hal itu membuat namanya semakin melambung di mata masyarakat dan fansnya.
Dalam sebuah adegan, seorang agen CIA yang dibunuh oleh Alemdar, mengatakan, “Polat Alemdar, I know that you are the Great!”.
“Politicians are the same all over. They promise to build bridges even when there are no rivers”