Sekalinya tampil dalam acara bergengsi ILC yang dipandu Karni Ilyas, Abu Janda yang kerap menyebut dirinya sebagai ustadz justru melakukan blunder besar.
Dalam penulusan Tarbawia, inilah ‘dosa-dosa’ Abu Janda dalam ILC 212 Haruskah Reuni di TV One pada Selasa (5/12/17).
Salah Sebut Panji Rasulullah
Dengan nada sombong, Abu Janda menyatakan bahwa Ar-Roya dan Al-Liwa bukan berwarna hitam dan putih. Ia menampilkan sebuah gambar yang disebut sebagai bendera Rasulullah, padahal merupakan bendera Kesultanan Turki Utsmani.
“Saya katakan sekarang, ini adalah panji Rasulullah Muhammad SAW. Inilah Ar-Roya Al-Liwa.” ujar Abu Janda dengan nada tinggi seraya menunjukkan gambar bendera Kesultanan Turki Utsmani.
Tak berhenti di sana, Abu Janda bahkan sesumbar agar Ustadz Felix dan lawan diskusinya lain untuk mengeceknya secara langsung.
“Monggo ini. Ini banyak sumber kredibel yang bisa dicek. Banyak sumber kredibelnya. Ini bisa dicek ini. Bisa periksa sendiri.” lanjutnya.
Sedangkan terhadap Ar-Roya dan Al-Liwa sendiri yang merupakan panji-panji Rasulullah, Abu Janda justru menyebutnya sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia.
“Ini adalah bendera ormas terlarang Hizbut Tahrir.” terangnya seraya menunjukkan dua panji berwarna hitam dan putih bertuliskan kalimat tauhid.
Samakan Khilafah dengan PKI
Dengan nada tinggi dan mata sedikit melotot, Abu Janda meneruskan aksinya. Ia tak segan menyatakan bahwa khilafah sama dengan komunis.
“Maaf, apa bedanya (khilafah) dengan komunise? Saya bilang, tidak ada. Sama-sama ideologi berbahaya. Sama-sama ideologi terlarang.” ujar Abu Janda pongah.
Tuduhan Dalil Lemah
Abu Janda juga menyatakan, reuni 212 merupakan bentuk menginjak-injak hukum. Padahal dalam acara tersebut, sejumlah pejabat begara turut hadir.
Seperti Wakil DPR RI Fahri Hamzah dan Fadli Zon, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dan lainnya. Bahkan saat aksi damai belai Islam 3 atau 212 tahun 2016, Presiden Jokowi dan banyak pejabat negara lain ikut hadir.
“Terus terang, bang Karni, saya prihatin. Ini sudah bentuk, apa ya? Menginjak-injak hukum!” ujarnya sombong.
Ucapkan Kata Jorok
Lama-lama, Abu Janda kian menjadi-jadi. Meski sepi apresiasi, ia merasa mendapatkan banyak respons. Padahal saat dia bermaksud melucu, semua orang justru diam. Dia tersenyum sendiri. Garing.
“Niki opo, nuwun sewu Pak Karni, niki opo? Niki maulid opo orasi politik, Cok?” tukas Abu Janda.
Dalam bahasa Jawa Timuran, cok bermakna kasar.
Belepotan dan Keselo Lidah
Di akhir penyamapaian pendapatnya, Abu Janda makin terlihat salah tingkah. Ia berulang kali menyampaikan kalimat, kemudian meralatnya sendiri.
Jadi kesimpulannya, akhir kata, saya sulit melihat 212 ini, sulit bagi kita melihat 212 ini, ah sorry, maksud saya, sulit bagi kita untuk tidak melihat 212 ini sebagai gerakan politik.” ungkapnya, terlihat salah tingkah.
Mengaku Bukan Ustadz
Dalam ILC tersebut, Ustadz Abu Janda ini secara lugas juga mengakui dirinya bukan Ustadz. Hal ini sangat beda dengan penyebutan dirinya selama ini yang menyandang kata Ustadz, bahkan FP nya pun menggunakan kata-kata Ustadz…
Fitnah Ulama dan Dai
Terakhir, Abu Janda dengan jelas menyatakan bahwa para ulama, dai, kiyai, dan habib yang tergabung dalam reuni 212 telah membodohi umat Islam.
“Minimal mereka jujur dengan motif mereka yang sebenarnya, yaitu politik. Umat dibuai dengan dalil jihad, bela agama, persatuan, padahal tujuannya politik 2019.” pungkasnya bernada menyakiti. [tbw]