Doanya ternyata didengar Tuhan. Yusuf tak henti-hentinya bersyukur. Dia pun kembali berniat membiayai satu anak yatim lagi. “Meski saya tengah dililit utang, tapi niat saya untuk membiayai anak yatim tetap ada karena saya yakin Allah pasti kasih jalan ke luar bagi mereka yang memiliki niat baik dan tulus,” ujar Yusuf. Tanggal 9 September 1999, Yusuf mendatangi Sekolah Menengah Pertama (SLTP) di Cipondoh, Tangerang, mencari seorang anak yatim untuk dibiayai. Kebetulan lokasi sekolah tersebut berada di depan toko fotokopi tempatnya bekerja.
Uniknya, Kepala SLTP justru merekomendasikan Siti Maemunah, seorang siswi kelas 3, bukan untuk menjadi “anak asuh” Yusuf, tapi menjadi pendamping hidup. “Gadis ini cocok juga kok kalau untuk dijadikan istri,” tutur Yusuf menirukan selorohan sang kepala sekolah. Tapi saat itu Yusuf tidak menanggapi. Pasalnya, dia benar-benar berniat mencari anak asuh. Mumun sapaan akrab Maemunah, memang seorang yatim. Ayahnya baru saja meninggal. Bersama ketiga adiknya yang masih kecil-kecil, Mumun diasuh oleh ibundanya. Yusuf pun tak ragu memutuskan untuk membiayainya. Tapi, Tuhan ternyata memiliki rencana lain.
Ta’aruf dengan Bakso dan “Ancaman” Nikah Mumun belakangan bukan lagi sebagai adik asuh tapi menjadi pujaan hati Yusuf. Kebetulan, kediaman Mumun berdekatan dengan rumah kakak kandung Yusuf. Kalaupun dai muda itu sering berkunjung ke rumah Mumun, itu lantaran ingin menjalin silaturahmi saja. “Belakangan saya pikir-pikir, dia cantik juga. Enggak kalah sama artis-artis yang ada di televisi,” ujar sang ustad terkekeh. Akhirnya kedekatan pun terjalin. Pasangan ini enggan menyebut masa-masa itu dengan sebutan pacaran. Mereka merasa lebih sreg dengan menyebutnya sebagai masa ta’aruf (masa perkenalan). “Kalau kata pacaran kok kayaknya negatif banget, ya,” ujar Yusuf. Pasangan ini menikah secara siri pada Ramadan tahun 1999 di kediaman guru Yusuf di bilangan Bogor, Jawa Barat. Setahun kemudian, tepatnya 9 September 2000, pasangan ini meresmikan pernikahan mereka di KUA Tangerang.
Salat Gantikan Suplemen Hamil Ada cerita unik ketika malam pengantin. Begitu pulang dari Bogor, tempat mereka menikah, Mumun langsung masuk kamar pengantin. Saat itu ustad Yusuf berpikir kalau istrinya tengah bersiap-siap naik ke peraduan. Siapa sangka, Mumun masuk ke kamar hanya untuk mengambil bantal dan selimut. Katanya, dia mau tidur. Yusuf pun melihatnya sambil terheran-heran. “Dengan wajah lugu, dia bilang mau tidur sama ibunya. Bayangkan saja, sudah punya suami kok mau tidur sama ibunya lagi,” ujarnya tertawa.
Kala menikah, usia Mumun 14 tahun sedangkan ustaz Yusuf berusia 23 tahun. Tapi, ada keajaiban Allah dalam pernikahan mereka. Setiap kali selesai menjalankan kewajiban sebagai suami-istri, pasangan ini langsung sujud dan meminta kepada Allah supaya jangan memberi anak terlebih dahulu. Hal tersebut mereka lakukan hampir dua tahun. Alasannya, karena Mumun masih terlalu muda. Masih malu. Di samping itu, pasangan ini pun belum siap jika langsung diberi momongan. Dari kejadian itu mereka sangat yakin ternyata KB yang manjur adalah doa.
Pada tanggal 29 November 2001, bayi perempuan yang diberi nama Wirda Salamah Ulya lahir dari rahimnya, Mumun merasa bahagia. “Setelah bayi kami lahir, saya berani gendong-gendong sampai ke luar rumah. Apalagi Wirda cantik sekali,” ujar Mumun yang 20 Juli 2005 lalu melahirkan putri kedua, Qumii Rahmatul Qulmul itu.
Setahun Tidur dengan Ranjang Berderit Sebelum mencapai kecukupan di bidang materi seperti sekarang, ternyata pasangan ini telah mengalami pahit getirnya membangun perekonomian keluarga. Tapi, Yusuf bahagia karena Mumun tetap setia mendampingi. Yusuf juga pernah menjadi tukang ayam potong di pasar dan memasok sejumlah rumah makan. “Upah saya sehari hanya Rp 20 ribu. Dari kandang, masukin ke mobil bak kijang sampai di pasar dipotong-potong,”
Pasangan ini juga tak pernah menutupi kalau setelah menikah mereka sempat tidur di kasur yang supertipis dengan ranjang besi yang suka berderit kala bergerak. Ranjang itu adalah peningggalan ibunda Yusuf. “Itu kan ranjang besi lama. Pokoknya sakit deh kalau buat tidur. Papannya saja berasa banget. Kami mengalaminya selama satu tahun,”
Satu hal perlu dicatat: selaksa pengalaman pahit hidup dalam serba kekurangan, tak cukup kuat melunturkan cinta di hati Yusuf dan Mumun. Sedikit resep mereka (sengaja atau tidak) terapkan: keduanya terhitung pasangan yang paling suka bercanda. Hidup bisa diisi dengan tawa dan canda meski ekonomi serba kekurangan.
Sima Video Kisah Nyata Istri Ustadz Yusuf Mansur Dibawah Ini;