Dikisahkan ada seorang pemuda biasa, meninggal di Masjidil Haram Mekah. Saat itu ia baru selesai mengerjakan thawaf, masih berpakaian ihram, dalam keadaan bersuci dan ia menghembuskan nafas terakhirnya di dekat Maqam Ibrahim AS.
Banyak yang mengakui bahwa keadaan tersebut adalah bentuk kematian yang indah. Kematian yang dirindukan banyak orang salih. Kita menyebutnya husnul khatimah.
Adalah rahasia bagaimana kita mati suatu hari nanti. Tapi setiap kita tentu berharap agar kita bisa wafat dalam keadaan berislam dan dalam kondisi beramal salih. Di akhir setiap doa, kita selalu meminta diwafatkan dalam keadaan tersebut.
Alangkah sia seluruh amal dan kekayaan bila di ujung perjalanan yang menentukan itu, kita justeru terjerumus dalam keburukan.
Maka disini kita berhati-hati agar tidak berbangga diri dengan amal sendiri. Tidak pula meremehkan amal orang lain. Sebab selalu ada seorang yang telah mengerjakan bamyak kebajikan hingga kakinya sejengkal lagi ke surga, tapi ia tergelincir dan tercatat sebagai ahli neraka. Begitu pula sebaliknya, demikian dalam sabda Nabi kita.
Kembali ke kisah di atas, bahwa seorang pemuda tadi, semasa hidupnya ia selalu bersedekah ke seorang janda miskin di kampungnya. Ia menyedekahkan sepertiga dari penghasilannya setiap bulan.
Itulah diantara amal yang paling menonjol ia lakukan. Amal itupun diketahui sesaat sang janda miskin ikut bertakziyah dan menceritakan kebiasaan baiknya.
Maka betul sabda Nabi bahwa sedekah dapat menolak bala, dan sedekah dapat pula menolak kematian yang buruk, maitatassu’.
Semoga kita bisa terus memelihara amal kita dan memaksimalkan kualitas sedekah ataupun infaq kita semurni mungkin. Hingga amal tersebut betul betul menjadi pendamping saat ajal menjemput bahkan ia akan akan tetap bersama ketika pengadilanNya digelar kelak.