“Istri-istrimu adalah ladang bagimu maka datangilah ladang-ladangmu kapan saja sesuai yang kamu sukai.” (QS. Albaqarah : 223)
Pernahkah kita berfikir sejenak, mengapa Allah memberikan Analogi berupa Ladang? Kok bukan merpati misalnya? Atau Bunga? Oh, karena ada kata “datangilah lading-ladangmu saja sesuai yang kamu sukai”, hanya itu kah?
Menurut saya, mungkin Allah memberikan Analogi ladang, karena sifat ladang itu :
1. Simbol Kemakmuran dan Kesejahteraan
Zaman dulu (bahkan mungkin sampai sekarang) kepemilikan lahan adalah salah satu tanda kemakmuran
seseorang.
Semakin luas seseroang itu memiliki lahan, maka semakin dianggap sejahteralah orang itu. Seorang istripun juga seharusnya bersikap demikian.
Luaskanlah pergaulan, perbanyaklah kawan, sehingga wawasan bertambah.
Kalau Istri kita mampu diajak bicara dari ujung ke ujung, maka kecerdasan itulah lambang kemakmuran dan kesejahteraan seseroang itu.
karena tidak mungkin istri yang merasa tidak sejahtera bisa menambah wawasannya. Kesejahteraan hanya
bisa diukur dari Istri yang bersyukur, merasa cukup, dan serius menambah ilmu.
Maka jika istri kita bertemu dengan rekan-rekannya, orang akan memandang dia dan anda pasangan yang sejahtera.
Mungkin bukan karena harta yang banyak, tapi karena cerminan kepuasan dan bertambahnya wawasan sang Istri.
2. Tempat Mengolah dan menanam
“Tugas” sawah atau ladang yang kedua adalah tempat yang lega untuk ditanami dan sekaigus mengolah tanaman.
Kemampuan seorang istri untuk merawat putra-putri dengan penuh kasih sayang, kesabaran, ilmu
yang bermanfaat, sehingga ketika suami pulang kerja,dia akan mengejutkan suaminya dengan bertambahnya
pengetahuan anak-anaknya.
Betapa bahagianya seroang suami dengan Istri ibarat ladang yang subur dan menghasilkan ini. Dia bisa menanam apapu, bisa mengolah apapun, dengan hasil yang bagus.
Dia tidak sayang meninggalkan tanamnnya, tidak was-was, karena tanah subur yang selalu sedia memberikan
kesuburannya kepada petani itu…Beatapa bahagianya suami dengan istri Ibarat ladang itu…
3. Pepatah Jawa mengatakan : “Sawah kuwi lek neng omah ngingoni, lek lungo nyangoni”
Artinya bahwa sawah itu kalau pemiliknya dirumah dia bisa memberi makan, kalau pemiliknya pergi dia bisa
member bekal. Sungguh serba manfaat sawah ini.
Seorang istri yang baikpun demikian. Jika suaminya dirumah, dia memberikan yang paling special yang dia bisa lakukan. Masakannya special, dandannya special, rayuannya maut, mendidik anaknya tangguh, sehingga suami juga betah dirumah.
Raga suaminya boleh jadi melang-lang buana, tapi fikirannya akan selalu tersambung ke rumah, kepada Istri dan keluarganya.
Jika suaminya pergi-pun, sang Istri tidak akan pernah lupa membekalinya dengan doa dan kepercayaan.
Sedia menunggunya dengan amanah dan tanggung jawab, dan menyambut kedatangan sang suami dengann Senyum ramah dan penuh rindu, juga sapaan yang penuh cinta.
Indah bukan Allah memberikan perumpamaan?? Istri kita, adalah ladang kita….