Apabila kita membaca kitab para ulama, jelaslah bagi kita bahwa di dalam surat Al Fatihah terkandung pokok-pokok ibadah dan keimanan. Di dalam ayat <AlḥamdulillÄh> terkandung pilar kecintaan atau mahabbah. Di dalam ayat <Ar Raḥmaanir rahiim> terkandung pilar harapan atau roja’. Dan di dalam ayat <Maaliki yaumid diin> terkandung pilar rasa takut atau khauf.
Nah, ibadah kepada Allah harus ditopang dengan ketiga macam amalan hati ini, yaitu cinta, takut dan harap. Beribadah kepada Allah tanpa kecintaan seperti badan tanpa ruh. Beribadah kepada Allah tanpa harapan akan melahirkan keputus asaan terhadap rahmat Allah. Dan beribadah kepada Allah tanpa rasa takut akan menyebabkan merasa aman dari hukuman Allah. Padahal, putus asa dari rahmat Allah dan merasa aman dari hukuman Allah termasuk dalam jajaran dosa-dosa besar.
Ibadah kepada Allah ini dilandasi dengan kecintaan dan pengagungan. Karena hakikat ibadah adalah perendahan diri kepada Allah yang dibarengi puncak kecintaan dan pengagungan, dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah ini mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang tampak/lahir maupun yang tersembunyi/batin. Nah, segala macam ibadah itu tidak boleh dipersembahkan kecuali kepada Allah semata.