Dalam pertemuan denga presiden terpilih Joko Widodo, Presiden SBY akan lebih banyak mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh Jokowi. Misalnya tentang seluk beluk kehidupan bernegara hingga kerja sama internasional.
“Saya akan lebih banyak mendengarkan kemudian apa yang disampaikan akan saya respons secepatnya. Tapi kalau perlu ada pertemuan berikutnya lagi, pertemuan antara saya dan presiden terpilih berikutnya itulah bisa bicara lebih luas mengenaihal yang menjadi kepentingan seluruh rakyat Indonesia,” katanya.
Dalam bayangannya, pertemuan di masa transisi kepemimpinan tidak akan sekali terjadi. Komunikasi dengan presiden terpilih diharapkannya bisa berlangsung beberapa kali.
Tujuannya tak lain agar Jokowi mengetahui kebijakan dan capaian pemerintah selama ini. Contohnya kebijakan luar negeri dan peran Indonesia di forum internasional seperti G20 dan di Asia Pasifik.
“Akan ada sesi seperti itu kalau itu diinginkan Pak Jokowi. Kalau Pak Jokowi sudah menganggap cukup dan tim beliau juga sudah menguasai ya tentu tidak perlu saya sampaikan. Nanti dikira saya terlalu banyak bicara dengan beliau,” katanya.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agak sedikit kesal. Sebab,
niat untuk membantu presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) melewati masa
transisi malah dianggap ngerecoki (ikut campur).
Ia mengatakan, pertemuan untuk memuluskan masa transisi sebagai hal
yang perlu. Secara moral pun ia merasa punya tanggung jawab untuk
membantu presiden terpilih melihat kondisi, perkembangan, dan tantan
Indonesia saat ini.
“Itu niat dan keinginan baik dari saya. Tapi saya juga dengar ada yang bersuara, ‘Pak SBY jangan ngerecoki
Jokowi’. Atau, ‘Pak SBY jangan ganggu Jokowi’. Saya pikir ini aneh.
Saya punya niat baik untuk membantu agar transisi berjalan lancar dan
presiden baru bisa melaksanakan tugas setelah remsi dilantik,” katanya.