Syekh wardani saya kenal, beliau sangat alim dan baik. Tapi sayang karena ulah satu orang kafir Ahok, nama Syekh Wardani tercoreng, seolah dia membela yang batil. Banyak sekali mahasiswa kita dibantu oleh beliau di Cairo. Mahasiswa kita yang kuliah setara S2 di Dar Ifta mesir, sangat kenal dengan Syekh ini. Dan dalam kunjungan saya ke Mesir 2015 lalu, saya menyaksikan para masyaikh dibawah panji Univ. Azhar tidak berubah meski junta militer berkuasa. Disisi lain saya menyaksikan justru setelah kudeta militer, Al Azhar banyak berubah, terutama para masyaikhnya. Diantara perubahan tersebut para masyaikh sangat dekat dengan mahasiswa asing, mereka membuka kajian-kajian diluar kampus. Ada diantara masyaikh tersebut memberikan rumahnya untuk orang Indonesia dijadikan tempat halaqah.
Yang menarik dari syekh Wardani dan teman-temannya di Dar Ifta Mesir, menjadikan mahasiswa kita sebagai anak angkat, dibiayai kebutuhan kuliahnya sampai selesai kemudian dinikahkan dengan pasangan yang shalih atau shalihah.
Kenapa demikian dekat mahasiswa kita dengan para masyaikh di Al Azhar ini, berbeda dengan para masyaikh di negara-negara Arab lain, Makkah atau Madinah misalnya. Saya melihat, ulama-ulama disini ditempa dengan mental keikhlasan dalam berbagi ilmu, mereka tidak mengharapkan imbalan dari para mahasiswanya. Disisi lain seperti kita kenal sejak zaman berzaman ulama Al Azhar sangat mempuni dalam ilmu pengetahuan. Ulama-ulama yang berpengaruh di negara-negara Arab dan bahkan di Indonesia sejak abad silam adalah mereka yg pernah belajar di Alazhar.
Kaitannya dengan Syekh Wardani ke Jakarta dan ternyata ditarik kembali oleh imam besar Al Azhar, Thaib, ada yang salah memberi informasi ke syekh Wardani. Beliau menerima informasi dari satu jalur saja, tidak menerima informasi dari jalur lain. Sehingga ketika diajak ke Indonesia untuk menjelaskan tentang surat Almaidah yang dijadikan olok-olok oleh kafir Ahox, dia siap menjelaskannya. Tapi ternyata Allah Maha Kuasa, dia diberi arah yang benar, melalui surat MUI yg ditujukan kepada syekh Al Azhar, beliau baru tau ternyata kedatangannya ke Jakarta mau dimasukkan kelubang durjana, membela kafir, membenturkan muslim sesama muslim akibat ulah manusia-manusia yang berbuat zhalim.
Ini menjadi pelajaran bagi kita umat muslim, jangan mudah kita diadu domba. Jangan kita termakan oleh fitnah-fitnah. Rapatkan barisan, siapkan mental pejuang, tegakkan yang hak dan basmi kebatilan.
Salam
( Tgk. A. Hamid Usman) alumni Al Azhar