Awalnya adalah nikmat Allah yang dikufuri, sehingga datanglah azab Allah.
Ada hukum Allah (hukum alam) yang mengatakan “Jika tidak bersyukur atas nikmat Allah maka azab Allah akan datang”.
Dalilnya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Qs.14:7).
Bagaimana cara bersyukur? Cara bersyukur itu dengan mengingat Allah atas segala nikmat-Nya.
Dalilnya, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (Qs.2:152). Dalam ayat tsb diawali dgn ingat kpd Allah, sebagai syarat bersyukur.
Jadi azab dari Allah yang diterima seseorang atau suatu kaum karena perbuatan manusia itu sendiri yang kurang bersyukur dengan tidak ingat (tidak taat) kepada Allah.
Firman Allah SWT dalam surah Ar-Ruum ayat 41 :
”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).”
Kembali ke jalan yang benar artinya kembali taat kepada Allah. Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa “laut” di sini berarti kota-kota besar atau desa-desa yang di pinggir laut. Sedangkan “darat” artinya kampung-kampung atau desa-desa yang terdapat di darat. Artinya kerusakan itu bisa meluas di kota dan di desa-desa. Kerusakan bukan hanya berarti kerusakan alam tapi juga kerusakan sosial, ekonomi, politik dll.
“Kerusakan” ekonomi yg saat ini terjadi juga disebabkan karena pemimpin dan rakyat bangsa ini kurang bersyukur sehingga datanglah azab atas negeri ini.
Azab adalah siksaan atau musibah. Peringatan dan teguran agar kembali kpd Allah. Banyak orang mengira bahwa azab merupakan istilah yang digunakan hanya untuk azab yang besar, berat, dan mengerikan. Hal ini karena penyebutan azab dalam Al-Qur’an seringnya berupa azab yang keras, pedih, hina, besar, berat, kekal, dan sebagainya. Semua itu sebagai bentuk ancaman bagi mereka yang terjerumus dalam syahwat, syubhat, kesesatan, dan pelanggaran.
Namun, Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa Allah mengancam orang-orang yang menentang dan membuat kerusakan dengan suatu azab selain azab yang besar. Dengan harapan, mereka mau kembali dari kesesatan kepada ketaatan dan tersadarkan dari perbuatannya.
Allah menjelaskan bahwa bencana dan malapetaka yang menimpa orang-orang yang menentang di dunia ini itu hanya azab yang dekat (kecil).
Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (kepada ketaatan).” (as-Sajdah: 21). Wallahu’alam.
Oleh. Satria Hadi Lubis