Ini kata Felix Siauw tentang ikhtilat, “Seharusnya, ikhwan-akhwat itu hidupnya terpisah satu dengan yang lainnya | maka sepantasnya tak ada interaksi yang tiada keperluan.”
Selanjutnya beliau mengatakan, “Bila telah putuskan untuk jaga kesucian hendaklah berserius diri | jangan barengi lagi dengan noda yang dapat hitamkan hati. Memang menyenangkan dengan lawan jenis bisa bersenda gurau | tanpa sadar keringlah iman laksana kerontang musim kemarau.”
Sedangkan kata yang ini, lebih spesifik lagi, “Pengakuan lisanmu bahwa engkau aktivis dakwah | namun lekat pandanganmu memandang tanpa arah. Begitu balada maksiat bertopeng dakwah | padahal engkau aktivis masjid Muslim-Muslimah.”
Beliaupun mengingatkan, “Bila hendak jaga kesucian diri, mengapa tidak sesuci mungkin? | menampik setiap interaksi yang tak ada perlu itu penting. Aktivis dakwah itu siap dibaca dan ditiru | bukan mencontohkan dan menunjukkan yang keliru.”
Lalu beliau menambahkan, “Pengemban dakwah itu harus lebih menjaga | bahkan dari fitnah yang bakal menerpa | amal dan kata beriring serta. Tundukkan pandangan dan kendalikan hati selalu ingat Allah | jangan pernah remehkan hal kecil, devil lies in details.”
Terakhir, beliau tutup pembahasan bahwa Islam utamakan pencegahan atas hal yang tak pantas | karenanya interaksi ikhwan dan akhwat itu terbatas. Agar selamat dirimu dari zina hati dan mata | agar dakwahmu tertuju lurus pada Allah semata. Karena Islam dinilai dari kita ummat Muslim | satu kata satu perbuatan tentu lebih relevan. [aqlislamicenter]