Tantangan politik era sekarang jauh berbeda dengan tantangan politik era 20 tahun yang lalu saat kita baru memulai reformasi.
Agenda utama reformasi dengan menumbangkan rezim orde baru seharusnya diikuti oleh agenda reformasi yang ril dan rapi.
Tapi pada kenyataannya, pasca reformsi, track politik di indonesia bukan melalui jalan yang benar tapi jauh melenceng.
Praktek politik di negeri ini saat ini jauh dari cita cita reformasi bahkan jauh melenceng dari cita cita keberadaan negara itu sendiri.
Demokrasi yang kita harapkan menjadi harapan kita dalam bernegara dengan rapi, teratur dan mampu meningkatkan taraf hidup rakyat indonesia semakin melenceng jauh.
Tidak ada demokrasi kalau rakyat gak sejahtera, gak ada demokrasi kalau hukum dan keadilan berantakan. Dan gak ada demokrasi kalau rakyat masih susah mendapatkan lapangan pekerjaan juga tidak ada kebebasan berbicara.
Mengkritik pemerintah adalah salah satu pilar demokrasi, dan mengkritik pemerintah dengan lemah lembut adalah sebuah omong kosong.
Pemerintah harus dikritik dengan keras, kasar dan pedas. Itulah makna demokrasi. Karena urusan puja puji sudah ada orang bayaran pemerintah yang melakukannya.
Kritik terhadap pemerintah dengan pake adab dan lemah lembut itu sebuah kemunafikan dan ketidakpahaman warga negara terhadap hak hak nya kepada negara.
Negara yang diurus dengan benar saja harus tetap dikritik, apalagi negara yang diurus dengan amburadul. Masih Minta kritik yang sopan dari rakyat? Ajaran darimana begitu?
Partai partai sebagai pilar utama produksi ide dan gagasan, sebagai pilar utama produksi pemikiran dan produksi tokoh. Jangan sampai mandul dan mati dalam misinya.
Melakukan pendekatan dan cara cara lama dalam politik hanya akan mengulang sejarah kelam dan hanya buang buang waktu tanpa mampu merubah keadaan.
Dunia politik bukan ranah hitam putih halal haram semata. Tapi lebih jauh. Ranah politik harus punya peta yang jelas untuk merubah bangsa.
Banyak umat yang memiliki pola pikir yang salah. Sehingga melihat politik sebagai dunia hitam putih, kaku dan tidak elastis. Padahal pohon yang gak mengikuti arah angin bertiup dia akan roboh dan patah tercabut dari akar akarnya.
Kita mesti elastis dan fleksibel. Karena idealisme bukan untuk di pamerkan saat belum berkuasa. Tapi idealisme untuk dipraktekkan setelah berkuasa. Percuma idealisme tinggi tapi kursi kekuasaan yang diraih sangat minimalis.
Saya terkesan dengan partai AKP di Turki, partai ini sangat elastis dalam gaya berpoltiknya sehingga mampu meraih dukungan semua golongan di turki.
Partai AKP bertarung ide dan gagasan, lalu mempraktekkan idealisme mereka setelah berkuasa. Sikap konsisten ini yang membuat partai ini awet berkuasa hampir 20 tahun.
Pendanaan partai AKP juga tidak kaku, partai ini berkoalisi dengan ekspatriat Istanbul dalam pendanaan partai. Dimana partai oposisi Erdogan juga berkoalisi dengan Ekspatriat Ankara. Orang kaya istanbul ada di belakang AKP dan Orang kaya Ankara ada di belakang CHP.
Bagi AKP, uang soal aturan main demokrasi, mengacu kepada konstitusi agar tidak melanggar hukum. Soal berapa banyak ya memang harus banyak gak boleh miskin.
Toh di turki, partai oposisi juga banyak melakukan bisnis bisnis haram untuk membiayai partai secara sembunyi. AKP Erdogan tidak ribut dengan rumah orang lain asal mereka sendiri tidak terlibat dalam bisnis haram tersebut.
Namun atas nama negara, Erdogan memberangus bisnis bisnis haram siapapun pelakunya saat mereka melanggar hukum negara. Atas nama konstitusi.
Kita tidak mesti harus ikut cara cara AKP secara total, namun soal Uang tidak bisa terpisahkan dari misi pencapaian sebuah partai. Soal uang partai memang harus transparan dan jelas, harus banyak dan sesuai aturan.
Banyak partai partai menengah di indonesia yang dihuni oleh partai islam maupun partai nasionalis rata rata berdompet tipis dan kalau gak mau dikatakan miskin.
Akhirnya mereka mencari alasan dengan cara cara jualan halal haram atas kelemahan keuangan partai mereka. Sembunyi di balik agama atas kondisi kas partai yang cekak. Begitu budaya partai islam saat ini di indonesia.
Partai partai dengan mental seperti itu jelas gak akan mampu menang pemilu apalagi berkuasa. Mereka hanya mau manggung untuk sekedar ada lalu menunggu waktu untuk mati.
Partai partai mesti berbenah banyak agar mereka mampu naik kelas memimpin negara. Bukan lagi sibuk mengurus golongan masing masing. Apalagi sibuk mengurus pribadi orang lain sesama partai.
Tidak mudah mentransformasi sebuah partai menuju partai modern dan rapi. Selain butuh waktu juga butuh energi super besar dan kemauan kolektif dari semua anggota partai. Percuma satu dua orang, sepuluh dua puluh orang yang bagus kalau tidak ada kemauan kolektif maka akan tetap gagal.
Berkuasa dalam poltik bukan pekerjaan mudah, secara kuantitas maupun kualitas, memang butuh banyak energi banyak.
Oleh sebab itu perlu kesadaran kolektif untuk bergerak bersama mewujudkan sebuah partai modern yang mampu menaikkan level negara menjadi negara maju. Agar tidak terjebak kepada cara cara lama partai partai tua yang saat ini dihuni oleh para oligarki dan para mafia.