Islam yang sampai kepada kita hari ini adalah buah dari usaha dan perjuangan Rasulullah beserta sahabatnya radhiallahu anhum 14 abad yang lalu. Ribuan sahabat yang berjuang dengan mengorbankan harta, harga diri bahkan nyawa demi tersebarnya Islam sampai akhirnya kita semua hari ini disebut muslim, dan merasakan indahnya ukhuwwah Islamiyyah.
Tapi, ribuan manusia suci itu, hanya segelintir yang kita kenal. Mus’ab bin Umair, seorang pemuda ganteng dan kaya dari Madinah rela meninggalkan itu samua demi menyebarkan Islam, dan beliau tidak sempat melihat sama sekali hasil dari perjuangannya itu. Abu Dujanah, seorang sahabat miskin yang hanya memiliki selembar kain untuk menutup auratnya, beliau syahid saat melindungi Rasulullah di perang uhud, beliau syahid tertunduk ke arah Rasulullah dan punggungnya penuh dengan anak panah dan tombak. Dan ribuan lainnya sahabat-sahabat Rasulullah yang ditelan sejarah, banyak penduduk bumi tidak mengenal mereka, tetapi penduduk langit semuanya tunduk menghormati mereka.
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu hidup disisi Tuhannya, dan mendapat rezeki” (Ali Imran:169).
Kepada merekalah kita persembahkan ayat ini, dan kepada mereka kita selalu mempersembahkan doa dan shalwat. Radhiallahu anhum ajmain. Aku ini berbagi cerita tentang salah satu sahabat yang tidak terlalu terkenal, namun suatu ketika beliau pernah menjadi pahlawan menyelamatkan sahabat-sahabat dan umat Islam lainnya. beliau adalah Abdullah bin Huzafah Sahmy.
Beliau bersama pasukannya berhasil ditawan oleh pasukan Romawi di Syam pada masa khalifah Umar bin Khattab. Ketika Caesar tahu kalau Abdullah ini adalah sahabat Nabi, dia menawarkannya sebuah tawaran. Abdullah berkata, “Apa itu?”
“Kalau kamu mau masuk agama kami, agama Nasrani, aku akan membebaskanmu dan memuliakanmu”. kata Caesar.
“Tidak mungkin!1000 kali mati lebih ku sukai daripada menerima tawaranmu”. kata Abdullah dengan tegas, kedua tangannya diikat ke belakang dan mukanya black and blue bekas pukulan tentara Romawi.
“Sepertinya kamu sangat berani, bagaimana kalau kamu pindah agama, akan kuangkat kamu menjadi Gubernur di salah satu wilayah kekuasaanku?”, kata Caesar menggoda, namun serius. Dia tahu orang-orang badui dari Hijaz pasti suka dengan kekayaan.
“Kalau kamu memberiku semua yang kamu punya dan semua yang dimiliki orang Arab, supaya aku meninggalkan agama Muhammad hanya untuk sedetik saja, aku tidak akan mau!”.
“Berarti kamu memang harus dibunuh!”
“Silahkan bunuh aku”.
Caesar menyuruh beberapa tentaranya untuk menyalib Abdullah, dan dia menyuruh tim pemanah untuk memanah Abdullah yang tersalib, namun dia berbisik supaya dipanah di tangan dan kakinya saja, supaya dia tersiksa dan tidak mati. Beberapa panah menancap di kaki dan tangan Abdullah, sedangkan Caesar yang menyaksikan itu terus saja mengajaknya pindah agama. Tetapi Abdullah tetap bersikeras pada pendiriannya.
Melihat itu, Caesar geram. Ia memerintahkan tentaranya untuk menurunkan Abdullah dari tiang salib dan membawa sebuah panci besar diisi minyak dan dinyalakan api. Setelah minyak mendidih, dia melempar seorang tawanan muslim ke dalamnya, tawanan itupun syahid, hanya beberapa detik tulangnya yang putih bersih itu mengapung di atas permukaan minyak. Tapi pemandangan itu tidak membuat semangat Abdullah surut. Dia hanya beristighfar. Tawanan keduapun bernasib sama.
“Bagaimana? Apa kamu siap pindah agama?”, kata Caesar sambil senyum, seakan melihat apa yang terjadi adalah sebuah hal yang biasa. Namun Abdullah tetap tidak mau. Akhirnya Caesar memerintahkan supaya Abdullah juga digoreng!
Beberapa tentara Romawipun menyeret Abdullah yang berlumuran darah menuju panci raksasa itu. Abdullah menangis, airmatanya menetes bercampur darah yang mengalir. Setiap darahnya yang menetes menjadi Malaikat yang bertasbih dan berdoa. Melihat Abdullah menangis, tentara itu memberi tahu Caesar, Caesar memerintahkan agar Abdullah dibawa menghadapnya.
“Hai Arab, kenapa kamu menangis? takut digoreng? jadi sekarang siap berpindah agama?”.
“Bodoh kau!aku menangis bukan karena takut. Tapi aku menyesal kenapa nayawaku cuma satu! Aku berharap memiliki nyawa sebanyak rambut yang ada ditubuhku, dan semuanya diceburkan ke dalam panci itu!”.
Bingung si Caesar, kok bisa ada orang keras kepala seperti ini. Apa yang diajarkan Muhammad pada mereka!
“Oke, sekarang bagaimana kalau kamu mencium kepalaku, dan kamu akan ku bebaskan?”, kata Caesar.
“Aku dan seluruh tawanan pasukan muslim?”, kata Abdullah.
“Ya sudah, semua!”
Abdullah berpikir sejenak, dia membatin, “Ini musuh Allah dan rasul-Nya, aku mencium kepalanya, tapi dia akan membebaskanku dan seluruh tawanan pasukanku, bolehlah. Meskipun aku merasa terhina, tapi yang penting dia membebaskan muslim lainnya”. Abdullahpun mencium kepala Caesar, dan Caesar membebaskan seluruh tawanan muslim. Merekapun kembali ke Madinah.
Sampai di Madinah, mereka disambut oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab, mereka menceritakan apa yang terjadi pada mereka di syam bersama Caesar. Amirul Mukminin Umar sangat gembira melihat mereka kembali, beliau menangis saat mendengar cerita Abdullah.
“Harusnya semua umat Islam mencium kepala Abdullah, dan sekarang aku orang pertama yang mencium kepala Abdullah”, kata Amirul Mukminin Umar sambil mencium kepala Abdullah.
Mereka adalah orang-orang setia yang selalu bersama Rasulullah, kita tidak bisa berbuat apa-apa demi mereka, kalau tidak bisa berziarah ke kuburan mereka, kita bisa mendoakan mereka, dan mengingat jasa mereka, untuk kita ceritakan pada generasi sekarang supaya mereka mengenal tokoh-tokoh yang seharusnya menjadi idola mereka. Radhiallahu ‘anisshabati Ajmain….[Saief Alemdar]