Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَه وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
Tidak akan bergerak dua kaki seorang hamba pada hari kiamat dari hadapan Rabbnya sampai ia ditanya tentang lima perkara:
- Tentang umurnya pada apa ia habiskan
- Tentang masa mudanya pada apa ia pergunakan
- Tentang hartanya dari mana ia dapatkan
- Dan ke mana ia belanjakan harta tersebut
- Tentang ilmu yang ia ketahui apa yang telah ia amalkan.
[HR. At-Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu, Ash-Shahihah: 946]
Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari hadist ini;
- Kewajiban mengimani adanya hari hisab, hari perhitungan amalan-amalan para hamba di hari kiamat.
- Setiap hamba akan dihisab, kecuali 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab karena merealisasikan tauhid, yaitu memurnikannya dari syirik, bid’ah dan maksiat.
- Pentingnya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk memperbanyak amal shalih, terutama waktu muda, dan peringatan dari bahaya menyia-nyiakan waktu dengan aktivitas yang tidak bermanfaat, apalagi maksiat.
- Pentingnya memperhatikan sumber penghasilan dan penggunaannya, hendaklah sumbernya halal dan dipergunakan untuk beramal shalih, tidak menyia-nyiakan harta, tidak boros dan tidak digunakan untuk maksiat
- Pentingnya menuntut ilmu agama dan mengamalkannya.