TAKBIR itu secara bahasa artinya “membesarkan”. Artinya menganggap selain yg dibesarkan itu sebagai sesuatu yang kecil, lemah, tidak berdaya, dan merasa tidak mampu melakukan apapun jika tanpa ada bantuan sesuatu yg dia besarkan itu….
“tasghiru man siwa Allah” (mengecilkan semua kecuali Allah). Maka itu ketika kita mau membakar semangat, maka bacalah takbir untuk mengingatkan kita semua, bahwa gerakan ini dibantu oleh Allah karena hendak menyebarkan Agama-Nya. Karena dibantu oleh-Nya, maka mustahil sesuatu akan menghalangi maksud dan tujuan kita, meskipun nampaknya memang sulit dan susah, tapi itu adalah cara Tuhan mendidik kita.
Nah, sikap yang sulit kita terapkan pada saat membaca takbir adalah, bagaimana kita bisa mengecilkan diri kita sendiri di hadapan Allah.
Sehingga yang muncul dibenak kita adalah kebenaran yg mutlak adalah kebenaran kita, dan yang utama tentu saja adalah golongan saya. Padahal takbir adalah mengecilkan selain Allah, termasuk diri kita sendiri….
Seribg sekali kita ini terjebak pada penjelasan saya yg pertama saja. Dan susah mengimbanginya dengan yg kedua. Kalimat takbir di baca sambil merusak masjid yg itu milik ormas lain (padahal sejak kapan masjid punya ormas, yg punya ormas kan pengurusnya).
Kita teriak takbir sambil berteriak-teriak menuntut Gaji yg sebenanrnya diluar nalar kita (masa ada tunjangan parfum segala). Atau lebih sadis lagi, bacaan takbir didengungkan diatas panggung kampanye untuk mendikreditkan lawan politik kita….
Sejenak di pertengahan Ramadhan ini, cobalah merenung, sudahkah kita merasa kecil dihadapan Allah, merasa bodoh, merasa kerdil berjadapan dengan kuasa mutlaknya, merasa miskin berjadapan dengan kekayaan-Nya, atau merasa lemah luar biasa ketika kita sadat bahwa kita berkedip-pun masih perlu bantuan-Nya…..
Jika belum ada rasa itu dalam hati kita, lalu apa gunanya kita bertakbir setiap hari dalam tiap Sholat kita??