Adakah hubungan ngaji dengan drone? Wahono, penemu pesawat tanpa awak (drone) yang diberi nama Farm Mapper punya jawabannya. “Di dalam Alquran, terdapat perintah untuk melintasi langit,” terang suami dari Wulaida Zuhriyana ini, sambil mengutip Surat Arrahman Ayat 33.
Ayat yang berisi tantangan pada jin dan manusia untuk melintasi angkasa ini memberi inspirasi Wahono dalam mewujudkan “sultan”, yang ditafsirkan dengan kekuasaan. Dalam hal ini “sultan” adalah pesawat, sebagai alat kuasa untuk melintasi langit. “Membuat drone atau UAV (unmanned aerial vehicle) adalah upaya untuk mewujudkan perintah tersebut,” kata dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Kepada pwmu.co Senin malam (18/4) Wahono mengaku bahwa tafsir Alquran yang sangat kontekstual dan berkemajuan itu dilandasi oleh pemikiran pendiri Muhammadiyah. “Semangat KH Ahmad Dahlan adalah mewujudkan ayat-ayat Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Saya hanya meniru semangat beliau,” tutur pria kelahiran Jember, 16 Juni 1964, ini.
Farm Mapper, drone ciptaan bapak dua anak ini memang lagi jadi perbincangan setelah berbagai media, termasuk pwmu.co, memberitakannya pekan lalu. Selain termotivasi oleh Surat Arrahman, Wahono tertantang untuk memecahkan masalah dalam pemetaan lahan dan penyebaran bibit di daerah yang sulit dijangkau manusia.
“Dengan daya jangkau luas dan alat visual dengan resolusi tinggi, alat ini bisa merekam di medan yang sulit,” kata kandidat Doktor UGM Yogyakarta ini. Bahkan drone ini menjadi jawaban untuk pertanian yang ramah lingkungan. Wahono memberi contoh soal penggunaan pupuk, yang selama ini dianggapnya tidak ramah lingkungan. “Pemakaian pupuk secara sama rata tidak sesuai dengan fakta di lapangan, bahwa kesuburan tanah tidaklah seragam. Akhirnya ada bagian yang mendapat pupuk lebih dari kebutuhan dan ada yang kurang,” ungkapnya.
Cara pemupukan yang konvensional itu, menurut Wahono, tidak sehat untuk lingkungan. “Cara itu boleh dibilang menurunkan kualitas lingkungan. Kasarnya, merusak lingkungan. Dan itu berarti dzalim,” tutur Wahono serius. “Maka, dengan UAV (drone), kita bisa memetakan kebutuhan pupuk secara lebih akurat.”
Wahono memang sangat serius dalam menciptakan alat yang juga bisa dipakai untuk melihat dan memetakan terumbu karang ini. “Saya mengembangkan UAV sudah hampir 5 tahun,” katanya. “Dan saat ini sudah pada tahap untuk mencapai data foto udara dengan presisi sangat tinggi, dengan marjin error hanya 1-2 cm,” jelasnya.