Duhai, tak pantas rasanya wajah ini dapat memandang wajahmu yang berlapis cahaya agungNya.
Tangan ini pun serasa kaku bila mesti dapat menjabat jemarimu, sementara perbuatanku masih ternoda oleh nafsu, pongah dan riya.
Dan tubuh ini, dapatkah memeluk tubuhmu? sedang diriku dihimpit dosa dan kebodohan, sedang tubuhmu begitu mulia dan suci.
Duhai, Nabi yang ingatanmu sampai ke zaman kami, yang dari bibirmu tersebut bahwa kami adalah saudaramu, saudara yang datang beribu tahun setelah kenabianmu…
Moga sekeping iman dan dan seserpih cinta untukmu menjadi pengenal saat kami butuh syafaatmu kelak.
Sepotong shalawat untukmu moga menjadi tali rindu agar engkau tetap mengenali kami……
(shallallahu ‘alaik wa sallam)