OPPM adalah nama Organisasi Pelajar di Pondok Modern Darusalam Gontor, seperti OSIS di SMU tapi dengan beban tanggung jawab jauh melebihi OSIS dimanapun di Indonesia ini.
Bayangkan, saat ini kurang lebih ada sekitar 18 bagian di OPPM ini (bisa jadi sekarang nambah). Organisasi ini betul-betul serius mendidik para santri untuk mengelola Organisasinya dengan Ikhlas dan tulus, tanpa dibayar sepeserpun.
Padahal para santri itu harus jual beli barang di Koperasi pelajar dengan Omset 600 juta / tahun (dizaman saya, tahun 1999, sekarang mungkin sudah mendekati 2 m), harus bangun malam dan keliling pesantren untuk memeriksa penjaga malam, dan besoknya harus masuk kelas, harus mengurusi kesehatan dan memberikan pengobatan pertama kepada para santri yang sakit, melayani para santri yang ingin jajan dengan omset ratusan juta per tahun, harus bangun dan menyiapkan makan santri selama satu hari, melayani mereka makan, harus melayani para santri yang hendak mencucikan baju di Loundry, Menyiapkan Bahasa Santri jadi lebih baik lagi, menyiapkan olah raga dan seni santri dan melatihkannya, dan lain sebagainya.
Setiap tahun mereka akan melaporkan laporannya kepada Pimpinan Pesantren. Mereka akan dikoreksi, di evaluasi, di marahi, di betulkan, di bentak untuk dibenarkan oleh bagian pengasuhan santri. Tak jarang, terjadi konflik antar bagian, tapi ini dianggap lumrah.
Karena yang namanya bergerak pasti menimbulkan panas, tapi bagaimana membuat panas ini menjadi energy dan bukan menjadi penghalang. Organisasi ini dipegang oleh para santri berusia 16-20 tahunan.
Bayangkan, betapa beratnya memegang organisasi dengan 3000 anggota para santri ini. Tapi mereka memang diberi kewenangan Mutlak, kalau ada salah, maka para santri yang jadi anggotanya DILARANG KERAS melakukan perlawanan.
Jika melawan, meskipun benar maka santri yang bersangkutan juga akan terkena hukuman. Ada jalurnya jika meras kurang pas. Mereka bisa mengadukannya ke Bagian pengasuhan santri, meskipun ini jarang sekali dilakukan oleh para santri.
Ada yang bilang, kalau caranya begitu, lalu dimana demokrasinya?? Kenapa para santri tidak boleh melawan bahkan jika mereka itu benar?? Di Gontor memang diajarkan Demokrasi. Tapi demokrasi yang di cara-i dan di Ciri-i Gontor.
Demokrasi Gontor adalah jika ada masalah maka di Musyawarahkan, bukan seperti demokrasi diluar yang jika ada suara lalu baru dibuka Musyawarah. Maka sekali lagi, orang yang masih dalam taraf Belajar, maka tidak perlu diberi kebebasan sepenuhnya, tetap harus di control disesuaikan dengan System yang ada.
Maka itu, meskipun para santri bisa jadi ada yang lebih tua dari pengurus OPPM-nya, tapi karena senioritas di Gontor tidak ditentukan oleh usia, tapi oleh lamanya dia menuntut ilmu di Gontor.
Jika yang tua ini diperbolehkan melawan, maka tentu Peristiwa Berharga semacam Peristiwa 19 –Maret-1967 di Gontor itu bisa jadi akan terulang lagi (Pencetus utama, actor utama, dan pelaku utama adalah para santri KIBAR).
Maka atas dasar pengalamn itulah, maka pengurus awal OPPM haruslah yang sudah minimal 3,5 tahun di Gontor. Saya sudah keliling beberapa sekolahan, dan sampai detik ini, belum ada satu OSIS-pun yang punya gerakan, inisiative, kretaifitas, dan aksi seperti OPPM…This Is Fact…