Sifat lupa itu manusiawi, fitrahnya manusia memang kadang suka lupa, hal yang wajar dan lumrah. Namun jika melupakan, ini hal yang berbeda.
Melupakan lebih disebabkan oleh faktor lain, seperti kemalasan, tidak disiplin dalam capaian target muraja’ah harian, tidak bisa mengatur waktu antara kesibukan dengan waktu untuk Al-Qur’an, lebih memprioritaskan yang lainnya dari pada Al-Qur’an, dan lain-lain; dan hal tersebut berlangsung lama hingga tanpa disadari hafalan yang dahulu pernah dihafal, sekarang melemah bahkan terasa seperti tak berbekas.
Sejatinya hafalan itu semakin lama semakin kuat karena intensitas pengulangannya lebih banyak. Semakin sering bertemu semakin akrab, semakin hari semakin tidak asing lagi. Jika kian hari justru semakin melemah, mungkin ada yang salah dengan pola hidup kita, barangkali ada prioritas hidup kita yang bergeser, boleh jadi menejemen waktu kita yang belum tertata rapi, bisa jadi ada faktor lain yang mengganggu konsentrasi kita seperti smartphone dan lain sebagainya.
Adakah kita merasa kehilangan yang teramat sangat terhadap simpanan abadi yang lebih baik dari dunia seisinya dan berusaha keras untuk menemukannya kembali? Adakah merasa rindu yang teramat dalam karena tak lagi jumpa di beranda pikiran kita sahabat terbaik sepanjang masa?
Masih ada waktu untuk memperbaiki kembali hubungan kita dengan Al-Qur’an. Prioritaskan Al-Qur’an dalam kehidupan kita, letakkan ia dalam posisi yang penting, tinggalkan hal-hal yang mengganggu dan menghalangi interaksi kita dengannya, dekatkan hati dan jasad kita dengan halaqah para ahlul Qur’an agar keberkahan mereka sampai kepada kita.
Tiada hati yang sedih dan menyesal ketika kembali mengakrabi Al-Qur’an, Al-Qur’an akan tersenyum dan memeluk kita, “Selamat datang wahai sahabatku, aku rindu padamu, jangan pernah engkau tinggalkan aku lagi setelah ini, maka aku akan terus menemanimu hingga terbuka pintu surga untukmu”.
“Ya Rabb, dekatkan kami selalu dengan Al-Qur’an dan para Ahlul Qur’an, wafatkan kami bersama mereka dalam naungan ridho-Mu, aamiin.”