Apa yang menjadi ciri pokok seorang manusia? Para akademisi tentu akan menjawab bahwa akal merupakan ciri pokoknya. Para agamawan akan menjawab jiwa dan rohani. Begitu seterusnya sesuai lokus pengalaman masing masing.
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS.An-Nisa’:28)
Tapi ada yang paling khas, yaitu “kelemahan”. Sifat tersebut dinisbatkan sendiri oleh Allah dalam salah satu ayat Al quran, sedang pada ayat yang lain Ia merincikan apa saja yang menjadikan manusia itu lemah.
Sejak manusia mulai dapat menguasai lingkungan hidup dan semua unsur-unsurnya, menaklukkan apapun, bahkan waktu!, manusia akan selalu merasa kuat, merasa bisa dan seakan tak membutuhkan Tuhan yang Esa.
Untuk maksud mengingatkan manusia akan kedudukan dan fungsinya maka Rasul rasul pun diutus. Dan sebagian besar manusia memang mengingkari, bersyukur atas Allah bila sejauh ini kita beriman kepada RasulNya, utama Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir.
Sebagai makhluk yang lemah, kita tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi di hadapan kita. Mungkin kita bisa merencanakan, mengharap dan menggambarkan kejadiannya sesuai akal dan rasa kita, tapi, bukan kepastian.
Oleh karena itu manusia yang beriman, seorang muslim akan selalu terikat akan Takdir, walau ia tetap dituntut dengan ikhtiyar sebagai langkah memaksimalkan potensi yang Allah Beri.
Sehinga apa yang telah ia capai tidak membuatnya sombong, dan apa yang belum ia capai tidak membuatnya bersedih dan putus asa.
Terjadinya suatu musibah pada diri dan kehidupan seseorang merupakan ketetapan Allah yang sudah berlaku. Dari musibah yang kecil seperti terkena duri atau debu, hingga hilangnya harta benda dan nyawa. Bila itu terjadi sudah, kita hanya diminta rela dan bersangka baik akan Allah.
Musibah yang akan menimpa kita termasuk hal yang tidak kita ketahui. Itulah sebabnya dalam ajaran Islam, doa dijadikan sebagai sentral ibadah.
Dalam artian bahwa doa doa itu hendaknya selalu melingkupi aktivitas kita. Doa doa itu menjadi sayap yang menaungi. Bukan semata agar terhindar dari musibah, tapi agar ketika putusan Allah itu terjadi kita tetap dalam RahmatNya.
Bisa jadi keputusan Allah yang jelek menurut kita, justeru baik di sisi Allah.
Jadi, dengan doa kita telah meminta jaminan dari Allah terhadap kemungkinan yang tidak kita ketahui, dan hati kita pun menjadi lapang.