Doa Muhammad Syafi’i pada penutupan Sidang Paripurna MPR setelah Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo terus menjadi buah bibir. Doa yang menggemparkan itu dinilai tepat oleh banyak orang karena mencerminkan kondisi dan doa masyarakat. Namun, tidak demikian bagi Alifurrahman S Asyari.
Pria yang mengaku analyst dan pemikir itu menyamakan Muhammad Syafi’i dengan setan. Hal itu tercermin dari tulisannya berjudul “Ketika Setan Pimpin Doa di Gedung MPR” yang kontroversial.
Alifurrahman beralasan, 80% isi doa yang dipanjatkan Muhammad Syafi’i berisi keluhan.
“Kembali ke soal doa di gedung DPR, itu sudah tidak bisa lagi disebut doa. Dan tidak layak diucapkan di tempat umum, atas nama doa, karena salah menurut ajaran agama Islam. Karena materinya 80% mengeluh,” tulisnya.
Tentu saja, tulisan Alifurrahman itu menuai kontroversi. Sebagian netizen setuju dengannya bahwa doa Muhammad Syafi’i tidak tepat, namun banyak netizen yang menilai doa tersebut tidak salah. Yang lebih dipersoalkan adalah menyamakan Muhammad Syafi’i dengan setan. Apalagi, Alifurrahman tidak menyertakan dalil dalam tulisannya tersebut.
“Kasihan banget, ada yang tersinggung, membahas doa dalam Islam, tapi tidak merujuk pada satupun dalil hadits atau Qur an. Kalimat dan judul saja sudah mencerminkan sakit hati atau kepanasan akan doa tersebut. Dengan membuat komposisi bahasa seperti ini anda tidak lebih seperti setan yang anda maksud,” kata Irfan Tiakoly.
“Doa tersebut ga melecehkan siapa-siapa… ga ada yang salah…,” kata Tutu Muhtadi.
Seperti ditranskrip Bersamadakwah, berikut ini petikannya:
“Wahai Allah, memang semua penjara overcapacity tapi kami tidak melihat ada upaya untuk mengurangi kejahatan karena kejahatan seperti diorganisir, wahai Allah. Kami tahu pesan dari sahabat Nabi-Mu, bahwa kejahatan-kejahatan ini bisa hebat bukan karena penjahat yang hebat tapi karena orang-orang baik belum bersatu atau belum mempunyai kesempatan di negeri ini untuk membuat kebijakan-kebijakan baik yang bisa menekan kejahatan-kejahatan itu.”
Ya Rabbal ‘alamin, lihatlah kehidupan ekonomi kami. Bung Karno sangat khawatir bangsa kami akan menjadi kuli di negeri kami sendiri. Tapi hari ini, sepertinya kami kehilangan kekuatan untuk menyetop itu bisa terjadi. Lihatlah Allah, bumi kami yang kaya dikelola oleh bangsa lain dan kulinya adalah bangsa kami
Ya rabbal aalamin. Kehidupan sosial budaya, seperti kami kehilangan jati diri bangsa ini, yang ramah, yang santun, yang saling percaya. Ya Rabbal ‘alamin Kami juga belum tahu bagaimana kekuatan pertahanan dan keamanan bangsa ini kalau suatu ketika ada bangsa lain akan menyerang bangsa kami. Ya Rahman ya Rahim, tapi kami masih percaya kepada-Mu, bahwa ketika kami masih mau menadahkan tangan kepada-Mu, itu berarti kami masih mengakui Engkau adalah Tuhan kami, Engkau adalah Allah yang Maha Kuasa
Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, yang kekuasaannya bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, tapi seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat. Di mana-mana rakyat digusur tanpa tahu ke mana mereka harus pergi. Di mana-mana rakyat kehilangan pekerjaan, Allah di negeri yang kaya ini ini rakyat ini outsourcing, wahai Allah. Tidak ada jaminan kehidupan mereka. Aparat seakan begitu antusias untuk menakuti rakyat. Hari ini di Kota Medan di Sumut, 5000 KK rakyat Indonesia sengsara dengan perlakuan aparat negara, ya Rabbal ‘alamin.
Allah, lindungilah rakyat ini, mereka banyak tidak tahu apa-apa. Mereka percayakan kendali negara dan pemerintahan kepada pemerintah. Allah, kalau ada mereka yang ingin bertaubat, terimalah taubat mereka ya Allah. Tapi kalau mereka tidak bertaubat dengan kesalahan yang dia perbuat, gantikan dia dengan pemimpin yang lebih baik di negeri ini Ya Rabbal ‘alamin.”