Pemerintah Mesir mengumumkan Berkabung Nasional selama 3 hari atas kematian mantan Presiden Mesir, Husni Mubarak. Angkatan Bersenjata Mesir mengumumkan belasungkawa, mengingat Mubarak merupakan salah satu tokoh penting dalam Perang Oktober 1973, saat itu Mubarak menjabat sebagai komandan Angkatan Udara.
Namun demikian, sikap dan tanggapan rakyat Mesir sendiri berbeda-beda. Sebagian besar mungkin menganggap kematian Mubarak adalah hal biasa, karena Husni Mubarak adalah diktator korup yang berkuasa di Mesir 30 tahun.
Selama Mubarak menjabat, Mubarak “mengawinkan” antara harta dan politik, dengan itu dia tidak memihak kepada kelompok rakyat yang tertindas oleh kemiskinan, sekitar 40 persen. Mubarak juga dianggap berada dibalik kehancuran Irak, karena dia mendukung invasi AS ke Irak tahun 2003. Makanya, sudah sepantasnya Mubarak dilengserkan, bahkan seharusnya dihukum mati, karena korup dan tewasnya sekitar 800 anak muda Mesir pada revolusi tahun 2011.
Husni Mubarak menjadi presiden Mesir secara tiba-tiba pada tahun 1981 pasca tewasnya Presiden Anwar Sadat. Penyerang Sadat bisa saja menembak Mubarak pada saat itu, tetapi mungkin sengaja tidak ditembak karena Mubarak bukanlah tokoh yang penting saat itu, setidaknya di mata para pelaku penyerangan. Itu adalah kesalahan besar yang dilakukan para penyerang.
Padahal, semua orang pada saat itu percaya dan meyakini bahwa Mubarak mewarisi politik Sadat yang memilih normalisasi hubungan dengan Israel. Makanya tidak aneh kalau Bibi Netanyahu mengucapkan belasungkawa atas kematian Mubarak dan mengatakan Mubarak adalah sahabatnya yang telah berjasa kepada Israel!
Selama 30 tahun berkuasa, setidaknya telah terjadi 6 kali upaya pembunuhan terhadap Presiden Mubarak, namun semuanya gagal. Upaya terakhir dilakukan Juni tahun 1995 oleh kelompok Muslim Radikal di Addis Ababa ketika Mubarak dalam perjalanan menghadiri KTT Afrika.
Kita tidak perlu menyebutkan lagi positif dan negatif selama Mubarak menjabat, jelas pada masa Mubarak, Mesir aman dan stabil. Tapi apalah arti stabilitas yang tercipta dari tangan besi yang membelenggu kebebas beraspirasi dan berekspresi serta mengekang hak asasi. Itu pendapat pribadi, biarlah rakyat Mesir yang menilainya.
Kita juga tidak perlu mengata-ngatai orang yang sudah mati, karena kalau dia baik, maka saat ini sedang menikmati hasil kebaikannya, dan kalau dia buruk, maka dia juga sedang merasakan akibatnya….kita juga besok akan mati, yang penting “Ihrish ‘ala ‘amalin takunu bihi iz yabkuna haulaka dhahikan masrura…”