Setelah beberapa tahun mengajar (sejak 1996) dan berkecimpung di beberapa sekolah dan lokasi, ada sederet petikan penting yang mewakili pandangan pribadi yang belum sempat dirunut dan dilaporkan dalam jurnal Best Practice.
Berikut ini semacam catatan “Best Practice” mini yang merupakan kristalisasi dari pengalaman penulis. Mungkin pada sebagian pandangan mesti ditinjau ulang atau tertolak dengan pandangan lainnya.
1. Dalam era yang serba maya dan online seperti sekarang, keadaan tersebut membentuk ruang kosong pada jiwa dan kepribadian siswa.
Ruang kosong yang menyisakan masalah pribadi atau gangguan tertentu dalam belajar. Maka pendekatan pribadi, hubungan antar-pribadi guru-siswa (dalam batas normatif) akan sangat membantu perkembangan belajar secara umum (bukan akademik-kognitif semata).
2. Relasi positif guru-siswa akan menghidupkan iklim belajar yang humanis, saling menghargai dan memberikan pengalaman yang positif.
3. Dalam hal memelihara relasi ini (hubungan) dan pendekatan pribadi terhadap siswa, berdasarkan pada fakta bahwa pembelajaran siswa dan aspek yang melingkupinya di sekolah merupakan suatu interaksi edukatif, interaksi yang bertujuan untuk “membantu” agar potensi siswa berkembang dengan baik dengan ragam upaya, diantaranya lewat mata pelajaran, latihan, pembiasaan dan pembinaan.
4. Sebagaimana anak di rumah, setiap siswa ingin dianggap istimewa dan berbeda dari temannya.
5.Alangkah butuh persiapan matang untuk menjadikan pembelajaran tidak berlangsung seragam dengan tujuan seragam dan ujian yang seragam pula:Karena siswa memiliki kecepatan dan kesiapan yang tidak sama.
6. Kecerdasan butuh dukungan, dengan dukungan dan pendampingan, si anak yang ” tidak cerdas” akan terbiasa bersikap cerdas dan bakal menemukan potensi terbaiknya dengan dukungan ikhlas dan waktu yang cukup.
7. Kenakalan siswa atau anak, bila disebut demikian, minimal dari tiga sebab: butuh perhatian, ketidaktahuan/spontan dan pelarian dari masalah yang sebenarnya, semacam pembenaran dan penolakan.
8 Meminta siswa untuk menulis secara rutin dan diawasi lalu ditanggapi akan memberikan efek motivasi perbaikan diri bagi yang agresif, kurang minat dan rendah diri.
Adapun kenakalan siswa atau anak, bila disebut demikian, minimal dari tiga sebab: butuh perhatian, ketidaktahuan/spontan dan pelarian dari masalah yang sebenarnya, semacam pembenaran dan penolakan.
Terkadang pelajaran terbaik yang diterima oleh siswa bukan dari mata pelajaran formal yang disampaikan guru, tapi dari sisi “mata pelajaran” lainnya.
Seperti penghargaan, pujian, dukungan dan kepercayaan. Dengan hal ini guru telah bertransformasi menjadi tokoh penting dalam kehidupan siswa.
Jayalah Guru Indonesia!