Kemarin ada yang bertanya di WA, apa yang dimaksud dengan “At-Thariqatu ahammu min al-maadah” (Metode itu lebih penting daripada Materi) ? Kemudian saya janjikan untuk menjawabnya hari ini, karena penjabarannya memang luas….
Kata-kata itu lengkapnya berbunyi “At-Thariqatu ahammu min Al-maadah wa mudarris ahammu min at-thariqah wa ruuh al-mudarris ahammu min kulli syain” (Metode itu lebih penting dari materi, dan Guru itu lebih penting dari metode, dan Ruh seorang Guru itu yang terpenting dari semuanya). Ini adalah pedoman utama seorang Guru yang diajarkan di Gontor. Yup, Ruh seorang gurulah yang dianggap factor terpenting dalam pendidikan.
Materi itu penting. Sebab dia adalah acuan utama dalam mengajar. Materi adalah makanan pokok utama dalam mengajar. Tapi metode lebih penting dari materi. Metode adalah cara penyajian materi. Metode adalah cara menyampaikan materi itu, sehingga murid faham dan merasa bahwa mereka mendapat ilmu baru. Materi yang berat sekalipun, akan terasa ringan jika cara penyampaiannya sederhana dan tepat. Tapi materi sederhana sekalipun, justru akan terasa sulit jika metode penyampaiannya salah. Dulu Guru saya berkata :
“Kalau ada murid yang ndak faham, jangan buru-buru dimarahi. Itu pasti karena metode kalian ada yang salah. Kalau murid Bodoh, itu bukanlah pura-pura. Mereka betul-betul tidak tahu. Kita sebagai Guru yang harus mau mengerti. Karena Guru itu sudah pernah jadi murid, sedangkan murid belum pernah jadi Guru….Camkan itu…”
Tapi seorang Guru, itu lebih penting dari methode. Karena guru itu pelaku utama. Sedangkan metode adalah Objek yang dipraktekkan oleh Guru. Kalau seorang Guru itu betul mengajarnya, betul methodenya, betul objek materinya.
Maka tingkat keberhasilannya Insya Allah besar. Tapi kalau Guru datang sembarangan, lalu datang ke kelas cuma setor muka doang. Lalu menyuruh seorang muridnya untuk menulia di papan tulis lalu murid yang lain menyalinnya. Sedangkan dia sendiri malah makan di kantin sekolah, lalu roko’an, lalu masuk lagi ke kelas mengambil bahan ajarnya. Kemudian kalau ada sertifikasi baru bikin persiapan mengajar mendadak. Biar gajinya naik, biar kesejahteraanya meningkat. Ini Guru atau sertifikator?? Maka kalau ingin memperbaiki dunia pendidikan, maka perbaiki dulu kualitas Gurunya. Jangan berharap murid akan berprestasi dan berakhlaq mulia, kalau Gurunya kebanyakan masih sertifikator….
Maka itu, Ruh seorang Guru lebih penting dari semuanya. Guru bukanlah pekerjaan, tapi dia adalah panggilan jiwa. Menjadi Guru itu mulia, lebih mulia dari tukang emas dan berlian sekalipun. Sebab seorang Guru itu mendidik makhluk hidup yang berakal budi. Maka suksesnya seorang Guru, apabila dia bisa mengantarkan muridnya ke gerbang cita-cita. Itulah kebahagiaanya, itulah kebanggaanya…..
Guru itu akan dilihat dan dicontoh. Akan selalu diperhatikan tingkah lakunya. Di dalam dan diluar sekolah. Maka jadi Guru yang benar itu memang susah. Dulu ada Guru bawa Ayam ke pasar, itu saja sudah dikomentari. Lha wong Guru kok jualan Ayam. Padahal yang dimiliki sang Guru ini ya cuma ayam itu. Tapi ya begitulah. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Maka Ruh seorang Guru inilah yang perlu dibangun. Karena Guru itu sebetulnya ndak pernah kenal istilah pensiun. Kalau toh harus pensiun atau purna tugas, tapi dia pasti ada keinginan mengajar, meski tanpa di bayar sekalipun.
Guru adalah kunci…dia betul-betul penerus keilmuan para ulama…jangan pernah ini dikotori oleh apapun…jangan sampai…jangam pernah…meskipun kenyataanya saat ini memanh demikian…semoga bisa berubah…